- TANAMAN SORGUM PROGRAM JOKOWI MULAI DIPANEN DI LOMBOK TENGAH NTB
- WAPRES PASTIKAN INDONESIA SEGERA KIRIM BANTUAN KEMANUSIAAN GEMPA TURKI
- KBRI ANKARA AKAN EVAKUASI 104 WNI TERDAMPAK GEMPA TURKI DI LIMA LOKASI
- TPNPB-OPM MENGAKU BERTANGGUNG JAWAB ATAS PEMBAKARAN PESAWAT SUSI AIR DI NDUGA
- TPNPB-OPM MENGAKU SANDERA PILOT SUSI AIR KAPTEN PHILIPS ASAL SELANDIA BARU
- KEMENDAGRI DORONG PEMKOT SORONG GENJOT REALISASI APBD SEJAK AWAL TAHUN
- POLRI: PESAWAT SUSI AIR DI NDUGA DIBAKAR KKB PIMPINAN EGIANNUS KOGOYA
- POLRI PREDIKSI BERITA HOAKS DAN POLITIK IDENTITAS MENINGKAT JELANG PEMILU 2024
- PRESIDEN YAKIN PENURUNAN INDEKS PERSEPSI KORUPSI TIDAK PENGARUHI INVESTOR
- KAPOLRI: TIM GABUNGAN TERUS MENCARI PILOT DAN PENUMPANG SUSI AIR DI NDUGA PAPUA
Membajak Dogma Kesinambungan Pembangunan
Nasional • 2 hours agoUntuk menjadi negara besar dan maju bangsa ini memang butuh keberlanjutan pembangunan, tetapi hal tersebut dapat menjadi dogma yang berbahaya jika presiden berpikir bahwa hanya orang-orang nyalah yang bisa melakukan hal itu.
Pembangunan memang perlu kesinambungan, tidak ada yang bisa menyangkal pakem itu. Pun, di negeri ini kita tak ingin pembangunan selalu kembali dimulai dari Separuh jalan atau bahkan titik nol ketika penguasa berganti.
Pemerintah boleh bersulih, presiden tak selamanya menjabat tapi pembangunan wajib bergerak di trek yang tepat. Pada konteks itu kita sepakat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo saat berpidato pada upacara memperingati hari lahir Pancasila di kawasan Monas, Jakarta 1 Juni 2023. Menurut presiden, sebagai pondasi negara Pancasila harus terus dipegang teguh untuk kemajuan bangsa, bangsa ini yang sedang berjuang untuk menghadirkan pembangunan yang adil dan merata pun butuh kesinambungan dankeberlanjutan.
Jokowi menegaskan, personal dalam pemerintah bisa berganti, tapi perjuangan tak boleh berhenti. Penegasan itu bagus, sangat bagus, yang jadi soal ialah jika atas nama kesinambungan keberlanjutan dan perjuangan presiden cawe-cawe dalam pemilihan pemimpin berikutnya.
Kesinambungan, keberlanjutan dan perjuangan adalah keniscayaan. Namun, ia dapat pula menjadi dogma yang berbahaya. Berbahaya jika presiden berpikir bahwa hanya orang-orang yang bisa melakukan itu, berbahaya jika dia berpandangan bahwa mereka yang bukan atau yang tak mau menjadi orang-orangnya tak mampu melakukan, sehingga tak boleh menggantikan pemerintahannya. Lebih berbahaya lagi jika pikiran dan pandangan itu dibarengi dengan campur tangan dalam kompetisi.
Presiden yang masih memegang kendali segala sumber daya dan aparatur negara akan menjadi tidak netral. Padahal, ketidaknetralan penguasa ialah biang penyebab pemilu yang tak jujur dan tidak adil.
Celakanya pula Jokowi sudah menunjukkan di mana ia berdiri dalam pesta demokrasi nanti. Jokowi mengakui dirinya cewe-cewe di Pilpres 2024 dengan dalih demi kepentingan negara dan keberlanjutan pembangunan, dalih yang klise, yang dibuat-buat, yang salah kaprah.
Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan memang berkepentingan untuk memastikan keberlanjutan pembangunan nasional. Namun, caranya tak boleh vulgar, tak boleh berpihak, jangan memalukan. Kalau ingin pembangunan dilanjutkan persiapkan saja rencana pembangunan jangka panjang nasional 2025-2045 sebagai pedoman bagi pemerintahan berikutnya.
Sebagai pejabat publik nomor satu tak sepantasnya presiden sibuk berpolitik praktis hanya untuk memastikan presiden terpilih nanti adalah penerusnya biarkan putra-putri terbaik bangsa siapapun dia menjadi pengganti lewat pemilihan yang fair.
Percayakan kepada presiden terpilih nanti untuk melanjutkan program pembangunan yang sudah baik, meninjau kembali yang seolah-olah baik dan memperbaiki yang tidak baik. Menekankan pentingnya keberlanjutan pembangunan lalu membajaknya sebagai alasan untuk cewe-cewe di Pilpres, serupa dengan cara Pak Harto mempertahankan kekuasaannya di era orde baru.
Jokowi bisa menjadi presiden karena reformasi, tak Semestinya dia bersikap dan berperilaku seperti penguasa zaman otoritarian dulu.