Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Selasa, 6 Juni 2023, berada di level Rp14.860 per USD, naik 30,5 poin atau setara 0,20 persen dari posisi Rp14.890 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah utamanya disebabkan oleh volatilitas dolar AS selama beberapa hari terakhir, karena para pedagang mencoba mencari tahu apa yang akan diputuskan oleh Federal Reserve dalam hal suku bunga pada pertemuan minggu depan.
"Laporan ketenagakerjaan hanya memperkeruh keadaan, karena ledakan jumlah gaji menunjukkan ruang bagi Fed untuk menaikkan sekali lagi tetapi tingkat pengangguran naik dan perlambatan pertumbuhan upah rata-rata menunjuk ke arah lain," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Namun, lanjutnya, data jasa AS memukul dolar AS karena memperkuat ekspektasi untuk jeda suku bunga setelah siklus pengetatan selama lebih dari setahun.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa hampir pasti akan menaikkan suku bunga minggu depan, dengan Presiden Christine Lagarde menyatakan masih terlalu dini untuk menyebut puncak inflasi inti meskipun ada tanda-tanda moderasi.
"Fokus minggu ini adalah pada inflasi Tiongkok dan data perdagangan yang diperkirakan akan turun lebih banyak, sehingga investor akan menyoroti pemulihan ekonomi di Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia," sebutnya.
Faktor internal
Dari dalam negeri, Ibrahim memandang laju inflasi di dalam negeri melanjutkan tren penurunan pada Mei 2023, yang tercatat sebesar 4,0 persen (yoy). Meski demikian, pemerintah akan terus meningkatkan kewaspadaan untuk menjaga tren inflasi tetap terkendali.
Angka inflasi pada Mei 2023 tersebut merupakan yang terendah sejak awal tahun. Tren penurunan inflasi tersebut mencerminkan konsistensi pemerintah dalam mengendalikan inflasi.
Pemerintah terus melakukan upaya stabilisasi harga pangan dalam rangka menjaga ketahanan pangan. Hal ini tercermin pada pergerakan inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) yang melambat ke 3,3 persen yoy, lebih rendah dari April 2023 sebesar 3,7 persen (yoy).
"Oleh karena itu, pemerintah terus sigap dalam merespons dan mengantisipasi peningkatan harga lebih lanjut dengan berbagai upaya, seperti penambahan stok di pasar, fasilitasi distribusi, dan gelar pangan murah," jelasnya.
Selain inflasi pangan, inflasi komponen inti dan harga yang diatur pemerintah (administered prices) juga mengalami tren perlambatan pada Mei 2023. Inflasi inti pada Mei 2023 tercatat sebesar 2,66 persen (yoy), lebih rendah dari April 2023 yang sebesar 2,83 persen (yoy).
Ia memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar masih alami pelemahan. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.830 per USD hingga Rp14.900 per USD," tutup Ibrahim.